Rabu, 30 Mei 2012

REVIEW BUKU: Lesmana, Jeanette Murad, Dasar-dasar Konseling

Oleh: Eko Budi Raharjo
DASAR-DASAR KONSELING
Sumber Buku: Lesmana, Jeanette Murad, Dasar-dasar Konseling, Jakarta: UI-Press, 2008. (Tebal Buku: 229 hlm. : 24 cm)

A.    ISI RESENSI:
Konseling termasuk di dalam hubungan membantu, merupakan suatu tekhnik yang digunakan untuk intervensi, untuk pengubahan tingkah laku. Berbicara tentang konseling, mau tidak mau harus menyebutkan Carl Rogers.
Rogers (1971) mengartikan hubungan membantu sebagai salah satu
hubungan, yang sedikitnya satu dari pihak terkait mempunyai tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan dan juga peningkatan fungsi serta kemampuan untuk menghadapi hidup yang lebih baik dari pihak yang lain itu. Bantuan atau help ini berarti menyediakan kondisi untuk individu agar dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup berarti, mempunyai rasa aman, kebutuhan untuk cinta dan respek, harga diri, dapat membuat
keputusan dan aktualisasi diri.
Pendekatan psikoanalitik menekankan pentingnya riwayat hidup klien (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari pengalaman dini kepada kepribadian individu, serta irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Istilah mengenai humanistik dalam hubungannya dengan konseling, memfokuskan pada potensi individu untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
Sedangkan pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual.
Suatu proses konseling, memerlukan dukungan dari berbagai faktor untuk mencapai berhasilnya kegiatan konseling. Gladding (1992, 2004), menyebutkan 5 faktor yang mendukung konseling, yakni: (1) struktur; (2) inisiatif; (3) tatanan (setting) fisik; (4) kualitas klien; (5) kualitas konselor.
Adapun seorang konselor itu harus memenuhi karakternya dengan beberapa persyaratan supaya dapat berhasil dalam melaksanakan profesinya. Penelitian-penelitian dari beberapa ahli yang dikutip oleh Brammer, Abrego dan Shostrom (1993) menunjuk pada sikap hangat, dapat memahami, positive regard, self-revealing, sebagai kondisi fasilitatif yang dapat membantu perubahan yang terjadi pada klien.
Meski seperti dikatakan di atas, demikian sesungguhnya konselor juga manusia biasa yang tidak terlepas dari masalah. Seperti profesional lainnya, ia juga menghadapi berbagai macam masalah yang kadang-kadang hanya kecil saja, tetapi kadang-kadang serius. Namun yang menjadi masalah bukanlah masalah itu sendiri, tetapi bagaimana konselor dalam manghadapi masalah-masalah itu. Masalah yang dapat diselesaikan dengan baik, merupakan kesempatan sangat berharga untuk menunjukan kepada klien bagaimana menyeleseikan masalah secara konstruktif. Sangatlah penting bahwa konselor (dan orang yang menjalani konseling) mengenali sebelumnya masalah-masalah yang potensial menanti mereka.
Baruth dan Robinson III menyatakan bahwa konselor mempunyai 5 peran generik, yaitu sebagai konselor, sebagai konsultan, sebagai agen pengubah, sebagai agen prevensi primer dan sebagai manajer.
Konseling pada dasarnya suatu proses pemecahan masalah yang melibatkan banyak pembuatan keputusan dan tindakan. Adapun langkah atau tindakan yang dapat dilakukan dapat saya sebutkan ada 4 langkah, langkah pertama yaitu membangun hubungan yang efektif dalam kegiatan konseling, langkah ke dua yaitu mengidentifikasi dan penilaian terhadap masalah yang akan diseleseikan, langkah ke tiga yaitu memberikan fasilitas perubahan terapeutis atau semacam memberikan alternatif, kemudian langkah ke empat atau yang terkhir yaitu mengevaluasi sejauhmana sasaran tercapai.
Konseling pada anak-anak. Dalam hal ini konselor sebagai sebagai konsultan dan agen perubahan adalah yang utama, ia dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mencoba mengubah anak sehingga lebih cocok bagi lingkungannya, (2) mencoba mengubah lingkungan agar anak dapat berfungsi dengan lebih baik, (3) gabungan dari kedua usaha tersebut.
Konseling pada remaja. Sebelum menjadi orang dewasa, remaja akan mengalami perubahan-perubahan yang mengganggu. Perubahan mood, tantrum yang sering, pikiran-pikiran yang penuh kebingungan. Adapun Rabichow dan Sklansky (1980) memberikan pedoman untuk melakukan konseling kepada remaja secara efektif, yakni: pertemuan pertama harus ditandai dengan ekspresi senang saat bertemu dengan remaja; karena kebanyakan remaja merasa tidak dipahami oleh orang dewasa, sasaran pertama haruslah membentuk hubungan yang dilandasi rasa percaya dengan cara mendengarkan, menunjukkan respek dan kehangatan, empatik dan jujur; sejak awal, konselor harus dapat menyampaikan adanya harapan untuk tercapainya kepuasan pada remaja; pertanyaan mengenai terapi harus dijawab secara langsung dan jujur, harapan dari klien disini harus terbuka; jangan memberikan nasihat bila tidak diminta; penekanan pada pengembangan konsep diri; konfrontasi harus dilakukan secara positif, selalu memberi kesempatan kepada remaja untuk “menyelamatkan muka”.
Konseling pada orang dewasa. Konseling bagi orang dewasa didasarkan pada premis bahwa individu memiliki kapasitas untuk terus berkembang pada bidang psikososial, pekerjaan, emosional dan bidang-bidang lainnya. Berkaitan dengan kondisi tersebut, tugas konselor adalah memaksimalkan pertumbuhan dan kemampuan coping pada klien dan membantu klien mengeksplorasi berbagai area dalam kehidupan yang dirasakan tidak berfungsi dengan baik.
Konseling pada orang lanjut usia. Pembahasan mengenai masa ini biasanya menekankan pada aspek-aspek yang mengalami kemunduran. Fokus konsultasi untuk konselor manula ditujukan bagi orang-orang, kelompok, institusi yang mempengaruhi perkembangan dan kesehatan mental para manula. Konselor dapat mengadakan pertemuan keluarga dari mereka yang memiliki orangtua lanjut usia sehingga mereka dapat memperoleh informasi dan keterampilan yang dibutuhkan dalam membantu manula.

B.    Kelebihan Buku
Sebagai buku yang membahas mengenai dasar-dasar konseling, buku ini memiliki cukup banyak poin yang dibahas didalamnya. Sehingga buku ini bisa saya bilang hampir mendekati sempurna jika dilihat dari segi kalangan mana saja yang perlu mendapat konseling, yakni ada kalangan anak-anak, kalangan remaja, kalangan dewasa, juga kalangan lansia.

C.    Kekurangan Buku
Jika dicari kekurangannya, buku ini mugkin saya merasakan kekurangannya dalam pembahasannya, yakni kurang cukup untuk mengupas sampai tuntas, masih banyak pembahasan yang kurang mendetail. Sehingga pembaca masih mencari-cari lagi sumber lain untuk menemukan jawabannya.

Tidak ada komentar: